JALAN MENEMUKN ATMA DALAM PANDANGAN HINDU
Atman merupakan bagian mendasar dari suatu makhluk, atman tidak bias dilihat dan atman bersifat sangat halus, sehingga tidak semua orang mampu mengenal atau mengetahui keberadaan sang atma.
Agama Hindu mengajarkan beberapa cara agar manusia mengenal atman alam dirinya, cara tersebut disebut dengan istilah YOGA. Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam. Yoga pada tujuan tertingginya yaitu bagaimana caranya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman. Brahman yag paling dekat dengan diri manusia disebut parama atman. Dimana parama atman tersebut bias diidentikkan dengan atman yang murni dalam diri manusia. Ada 4 cara mencapai tuhan dalam yoga untuk menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa kepada tujuan yang satu. Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut berdasarkan pribadi orang tersebut. Menurut analisis Hindu, pada umumnya ada empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).
Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa petunjuk penting mengenai kesusilaan Karena tujuan /akhir dari masing-masing jalan adalah untuk menjernihkan permukaan diri kita agar dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu harus dibersihkan dari kotoran moral yang besar. Orang yang ingin melakukan yoga harus memulai kebiasaan serta praktek hidup yang bermoral.
- Jnana Marga
Jalan untuk memperoleh pengetahuan ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan. Pertama adalah mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci. Tujuannya agar orang yang bersangkutan berkenalan dengan hipotesis pokok bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak dapat dipadamkan. Langkah kedua adalah berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah menjadi kenyataan penting. Langkah ketiga adalah pengalihan identifikasi dirinya dengan roh abadi dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh abadi itu. Ia harus melihat dirinya dari sudut pandang yang berbeda seolah-olah ia adalah pribadi yang berbeda, karena memang dirinya adalah fana dan hanya atman yang nyata.
2. Bhakti Marga
Jalan melalui cinta atau bhakti yoga berbeda dengan jnana yoga. Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan berada di dasar diri kita. Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya berada di dalam manusia ataupun di luar manusia. Tugas manusia adalah mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi. Akan tetapi, bagi seseorang yang lebih mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan berbeda dengan hal-hal tersebut. Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan adalah diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya. Alasannya, karena cinta merupakan perasaan yang dicurahkan keluar. Kedua, tujuan jnana berbeda dengan bhakti. Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan untuk memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang ada pada dirinya. Apa yang harus dilakukan adalah mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.
Ada tiga cara pendekatan bhakti yang perlu diketahui yaitu:
- Japam, yaitu latihan menyebut nama Tuhan berulang-ulang kali.
- Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa ada berbagai jenis cinta, misalnya cinta anak-orangtua dan suami-istri, dan lain-lain. Cara ini mendorong orang yang melakukan yoga mengalihkan semua cinta kepada Tuhan.
- Pemujaan terhadap Tuhan menurut bentuk ideal seseorang. Menurut agama Hindu ada tingkatan-tingkatan cinta yang semakin mendalam dan timbal balik. Tahap pertama adalah sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung. Tahap kedua adalah tahap persahabatan, dimana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainan. Tahap ketiga adalah sikap cinta orang tua dimana Tuhan dipandang manusia sebagai anak.
3. Karma Marga
Jalan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Kerja adalah pokok kehidupan manusia. Dorongan bekerja bukanlah motivasi ekonomis, melainkan motivasi psikologis. Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat tidak bekerja. Jalan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Jalan ini menggunakan kerja sebagai sarana untuk menuju Tuhan.
Karma yoga mempunyai rute-rute alternatif tergantung pada pendekatan kita, apakah dengan filosofis atau dengan sikap cinta. Jadi karma yoga dapat dipraktekkan dengan gaya jnana yoga (pengetahuan) atau bhakti yoga (cinta). Pekerjaan dapat menjadi wahana menuju Tuhan melalui kedua hal tersebut, karena agama Hindu mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada dunia di luar kita mempunyai reaksi yang sepadan di dalam diri pelakunya. Setiap perbuatan yang manusia lakukan untuk kepentingan kesejahteraan diri manusia akan menambah satu lapisan ego yang semakin mempertebal jarak antara dirinya dan Tuhan, baik yang dipahami di dalam diri maupun di luar diri. Demikian pula setiap tindakan yang dilakukan tanpa mengingat kepentingan diri sendiri, akan mengurangi hambatan untuk mencapai Atman di dalam diri, hingga akhirnya tidak ada hambatan yang mengaburkan hubungan seseorang dengan Tuhan.
Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berusaha melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu merupakan satu-satunya tugas yang harus dikerjakannya. Ia akan berusaha memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala bentuk ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia untuk melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang sama. Ia akan berusaha sekuat tenaga, karena jika tidak berarti ia telah menyerah kepada kemalasan yang merupakan sifat mementingkan diri.[
4. Raja Marga
Jalan melalui latihan psikologis disebut juga raja yoga karena jenis yoga ini mampu membawa orang ke taraf yang tinggi. Satu-satunya syarat yang diperlukan untuk menempuh raja yoga ini adalah dimilikinya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh lebih mengagumkan dari yang kita sadari saat ini. Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman ada di dalam lapisan-lapisan diri manusia. Tujuan raja yoga adalah untuk membuktikan keabsahan dari pandangan tentang lapisan-lapisan ini.
Tahap-tahap dari raja yoga ada delapan tingkat, namun dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
- Persiapan etis atau persiapan di bidang kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan harus murni secara batin.
- Persiapan badani, yaitu orang harus menguasai gerak-gerik, nafas tubuh, serta perasaannya.
- Merenung, yaitu orang harus dapat memusatkan perhatiannya kepada sesuatu supaya menjadi tenang. Setelah tenang orang harus merenungkan sesuatu.
- Samadhi, yang menghapuskan perasaan adanya identitas. Tubuh dan pikiran menjadi mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.
Secara terperinci maha resi Patanjali mengklasifikasi tahapan yoga dalam delapan tahap yang disebut astangga yoga yag terdiri dari :
- Yama, artinya pantangan yang mencakup pantang menyakiti makhluk lain baik dalam pikiran, kata-kata maupun perbuatan (ahimsa), pantang berbuat salah (satya), pantang mencuri (asteya), pantang mengumbar nafsu (brahmacharya), dan pantang memiliki hak orang lain (aprigraha).
- Niyama, artinya pembudayaan diri dan termasuk penyucian (sauca) eksternal dan internal, kedamaian (santosa), bertapa (tapa), belajar (svadhyaya) dan pemujaan kehadapan Tuhan (Isvharapranidhana).
- Asana secara harfiah berarti “sikap tubuh yang nyaman”. Selama dalam gerakan yang nyaman ini tubuh tetap dalam keadaan yang sangat rileks dan pernafasan yang sangat dalam yang secara alamiah menyertai sikap tubuh ini, membawa sejumlah besar oksigen diserap ke dalam aliran darah. Selama asana energi dikumpulkan tidak dikeluarkan. Asana memberi efek pada setiap aspek dari fisik. Menyeimbangkan sekresi kelenjar, mengendurkan dan memperbaiki sistim syaraf dan otot, merangsang sirkulasi, meregangkan tendon, melenturkan persendian, memijat organ-organ dalam dan menenangkan serta mengkonsentrasikan pikiran. (Asana akan mengontrol kelenjar, kelenjar akan mengontrol sekresi/produksi hormon dan sekresi hormon akan mengontrol kecendrungan pikiran). Kehidupan modern membuat kita selalu berpacu dengan waktu. Tekanan pekerjaan dan peningkatan emosional akan menyebabkan depresi yang meluas bahkan mungkin beberapa penyakit kejiwaan yang disebabkan oleh pikiran. Kita telah kehilangan kedamaian mental kita. Yoga adalah solusi yang jelas. Postur-postur dalam yoga akan menyeimbangkan kelenjar endokrin yang dapat menenangkan dan mengontrol emosi kita. Pernafasan yang dalam selama asanas akan menenangkan dan memberikan energi yang banyak pada pikiran.
- Mengendalikan Energi vital (Pranayama). Hidup adalah suatu energi (prana) dalam tubuh. Energi atau kekuatan ini menjaga fungsi-fungsi tubuh dengan cara menggetarkan sel-sel, saraf, organ, dan lain-lain. Getaran ini didapatkan dari denyut prana (kekuatan hidup) yang berulang-ulang. Jika seseorang yogi mengarahkan pikirannya menuju lapisan intuisi terhalus, maka ia harus membuat tubuhnya dalam keadaan damai dengan cara mengendalikan denyut prana yakni dengan pranayama, artinya mengontrol nafas dan berkaitan dengan pengaturan-pengaturan nafas ke dalam, menahan nafas dan nafas ke luar. Ini sangat berguna bagi kesehatan dan sangat kondusif bagi konsentrasi pikiran.
- Prathyahara, artinya mengontrol indra-indra dan terdiri atas penarikan indra-indra dari objek-objeknya. Indra-indra kita mempunyai kecendrungan yang besar bergerak ke luar untuk memenuhi keinginannya. Indra-indra tersebut harus selalu dicek dan diarahkan agar bergerak ke dalam, revolusi ke dalam. Ini merupakan proses introversi diri.
- Dharana, artinya memusatkan pikiran pada satu objek meditasi seperti ujung hidung atau tengah-tengah jidat atau bayangan suatu deva, dan sebagainya. Pikiran harus ditegakkan, kuat dan terfokus, seperti nyala lilin. Ia tenang, tegak, tak tergoyahkan oleh fluktuasi-fluktuasinya.
- Dhyana, artinya meditasi dan terdiri atas aliran yang tak terganggu pikiran di sekitar objek meditasi (prtyayaika-tanaka). Ini adalah kontemplasi teguh tanpa adanya istirahat.
- Samadhi, artinya konsentrasi. Ini merupakan tahapan terakhir di dalam sistem yoga. Di sini pikiran benar-benar diserap di dalam objek meditasi. Di dalam dhyana tindakan meditasi dan objek meditasi tinggal terpisah. Tetapi di sini mereka menjadi satu. Ini merupakan alat bantu tertinggi untuk merealisasikan penghilangan modifikasi-modifikasi mental yang merupakan tujuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar