ARTIKEL

  • BUDAYA
  • KEAGAMAAN

Senin, 14 Desember 2009

BUDAYA HINDU


BUDAYA HINDU
Memahami seni keagamaan dalam agama Hindu

A. Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan (berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai "kultur".
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma,ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat
Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B. Budaya Hindu
Yang dimaksud dengan budaya Hindu yaitu segala aktivitas dari manusia baik yang telah tertuang dlam bentuk benda maupun non benda yang secara substansial dasar pelaksanaanya atau pemikiranya berasal dari kitab suci Hindu yaitu Weda. Dimana sebagian besar dari budaya Hindu memegang peranan dalam upaya penghubungan manusia dengan yang disembah yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan.

C. Jenis – Jenis Seni Budaya Hindu
Dalam agama Hindu mengenal adanya ajaran panca yajna yaitu lima macam persembahan atau pengorbanan yang tulusa dan iklas yang dtujukan kepada para dewa, resi, pitara, manusia, dan bhuta kala. Dimana pelaksanaan ajaran panca yajna tersebut merupakan pengejawsantahan atau pengaplikasian niat manusia untuk membeyar tiga macam hutang yang dibawanya sejak lahir. Dimana dalam pelaksanaan panca yajna tersebut melibatkan atau menggunakan seni keagaman untuk mengiringinya.
Adapun macam macam seni budaya keagamaan Hindu yang digunakan untuk mengiringi panca yajna yaitu sebagai berikut :
a. Seni tari
b. Seni tabuh
c. Seni suara / dharmagita
d. Seni bangunan
e. Seni rupa
Dalam budaya agama Hindu ada dua macam seni yaitu seni sacral dan seni Profan (tidak sacral). Dimana antara kedua bentuk seni tersebut memiliki perbedaan sehingga dapat dibedakan. Adapun perbedaanya sebagai berikut :
1. Ciri - Ciri Seni Sakral
a. Tidak pernah diupah atau disewakan pertunjukkanya dan hanya untuk perlaksanaan upacara saja
b. Seagai pelaksana ataupun pemuput dalam upacara yajna sehingga tidak terpisahkan dari upacara yajna
c. Ada perlengkapan upacara yang khas yang dibawa oleh penarinya

2. Ciri – Ciri Seni Profan
a. Biasanya diupah atau disewakan dalam pertunjukan sebagai hiburan
b. Biasanya bisa dimainkan dalam upacara keagamaan namun fungsinya hanya sebagai hiburan atau pertunjukan saja sehingga kedudukanya tidak wajib dalam upacara.
c. Tidak harus menggunakan perlengkapan upacara bagi penari yang melaksanakan kegiatan tersebut

D. Contoh – Contoh Seni Sakral dan Profan dalam Budaya Hindu
1. Seni Sakral
a. Seni Tari : rejang, pendet, baris, sanghyang, bedaya ketawang, tor-tor, gantar
b. Seni suara : wargasari, gending, sanghyang, sekar madya, sekar agung, sloka, palawakya
c. Seni tabuh : gambang, saron, gong beri, angklung, gender
d. Seni bangunan : padmasana, meru, gedong, rong tiga, candi bentar, tugu karang.
e. Seni Rupa : Arca, Pratima, Tapakan Pelinggih, patung dewata nawa sanga

2 Seni Profan
Yang tidak termasuk dalam katagori diatas bisa dikatakan sebagai seni profane sehingga hanya berfungsi sebagai hiburan atau hal yang tiddak bersifat substansial dalam pelaksanaan upacara.

E. Tujuan dan Makna Seni Keagamaan dalam agama Hindu
Pementasan seni budaya keagamaan bertujuan sebagai persembahan atau pemujaan kepada Tuhan Yang maha Esa agar beliau memberikan perlindungan, keselamatan, kekuatan, kesejahteraan dan kebahagiyaan hidup bagi umatnya. Adapun tujuan ataupun cirri dari masing – masing jenis seni keagamaan Hindu adalah sebagai berikut :
1. Seni Tari
Di wilayah bali tarian yang berifat sacral atau berhubungan dengan aktifitas keagamaan disebut dengan Tari Wali dimana dalam penampilanya tidak menampilkan sisi keindahan semata namun sisi mistis juga sangat diperhatikan.
Adapun cirri-ciri seni wali adalah sebagai beriut :
a. Gerakan tarianya ritmis dan meniru gerakan alam seperti gerak air, tumbuhan, binatang, angin, api bulan, matahari dan lain lain.
b. Ritmis gerak tarian dilakukan secara sepontanitas dari curahan jiwa penarinya
c. Dalam penampilanya ditampilkan suasana mistik, magis, dan religious
d. Ekspresi tarian sesuai dengan tujuan tarian yang ingin dicapai
e. Tarian keagamaan biasanya dilakukan banyak orang
f. Instrument music pengiring sangat sederhana namun dapat menggugah rasa
g. Sering terjadi pengulangan gerak dan music dengan mempercepat terciptanya mistik dan magis.
Dalam aplikasinya di masyarakat hindu ada beberpa maam tarian yang digunakan dalam pengiringan upacara yajna yaitu :
a. Dewa yajna : tari pendet, tari rejang, tari baris
b. Rsi yajna ; Wayang Lemah, Topeng Sidhakarya
c. Pitra Yajna : tari baris dan tari kateok jago
d. Manusya Yajna : Wayang Sudamala, Wayang Mpu Lengger
e. Bhuta yajna : Tari Sanghyang, wayang lemah
Seni terian diatas yang disesuaikan dengan ajaran panca yajna tersebut adalah kegiatan yang dilaksanakan di Bali yang mayoritasnya beragama Hindu dan budaya disana yang secara umum menjadi barometer ajaran Hindu yang ada di Indonesia. Namun di daerah lain juga masih ada tarian atau kesenian yang bernuansakan sacral atau religious, diantaranya sebagai berikut :
 Tari Bedaya Semang; yaitu tari yang dilaksanakan di daerah istimewa Yogyakarta dan Solo Jawa Tengah tarian ini menggambarkan hbungan keagamaan Sultan Agung dengan Kanjeng ratu Kidul yaitu penguasa lautselatan pulau jawa, dimana pada masa lalu ketika kerajaan mataram dalam bahaya maka sultan agung dan keluarga memohon bantuan prajurit gaib dari laut selatan. Dimana tradisi ini masih dilaksanakan sampai sekarangoleh masyarakat Hindu di daerah tersebut.
 Tari Sanghyang, yaitu tari yang berada di jawa timur yaitu banyuwangi yang diyakini sebagai pemujaan kepada dewa Siwa.
 Tari Tortor; yaitu tarian yang berada di daerah Sumatra yaitu di tanah batak dimana keberadaan tari ini diperkirakan sudah sangat tua diamana tarian ini diperkirakan sebagai warisan atau peninggalan Hindu di Sumatra. Tarian ini berfungsi sebagai persembahan kepada para Dewa dan roh para leluhur
 Tari gantar; yaitu tari yang berada di daerah Kalimantan yang digunakan dalam upacara memohon keselamatan dan berkah pada Dewi Sri atau dewi padi dimana tarian ini dipentaskan oleh laki laki dan perempuan.
Tarian diatas merupakan tarian yang berasal dari luar pulau bali, sedangkan yang berasal dari pulau bali diantaranya sebagai berikut ;
 Tari Rejang; adalah tari ang menggambarkan Wyidadara dan Wdadari yang menuntun para Bhatara turun ke dunia. Iasanya tarian ini dilaksanakan pada upacara Dewa yajna.
 Tari Pendet; tari ini melambangkan atau menggambarkan persembahan pada para Dewa dimana para penarinya membawa alat –alat upacara yang akan dipersembahkan kepada para Dewa
 Tari baris; tari ini melambangkan sifat kepahlawanan dimana para penarinya membawa senjata, tarian baris ini sangat banyak macamnya
 Tari Sanghyang; tarian ini sebagai aktivitas untuk menolak bala dan mala petaka, dalam pelaksanaanya para penari kemasukan kekuatan gaib sehingga mereka dalam menari para penarinya mengeluarkan sabda sabda yang seyoghyanya dilaksanakan asyarakat supaya yang menjadi tujuanya terlaksansna.

F. Hubungan Antara Budaya Dengan Agama
Pada pembahasan ini kita akan mencoba menganalisa bagaimanakah hubungan antara agama dengan budaya sehingga kebudayaan sangat erat dengan pelaksanaan ajaran agama terutrama agama Hindu. Berikut adalah analisanya.
Konsentrasi kajian ini terbatas hanya untuk mencari jawaban atas pertanyaan, apakah agama itu bagian dari kebudayaan? Bila jawaban atas pertanyaan tersebut adalah “ya” maka agama itu adalah buatan manusia. Sebaliknya, bila jawabannya “tidak” maka agama itu adalah ciptaan Tuhan.
Kebudayaan menurut Koentjoroningrat (1986) adalah keseluruhan kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang diatur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan hal ini, ia membagi kebudayaan menjadi dua, yaitu (1) wujud budaya, terdiri atas sistem nilai budaya, sistem budaya, dan material sistem; dan (2) isi budaya, terdiri atas sistem relegi dan upacara keagamaan, sistem sosial dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan.
Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa agama adalah sebagai sistem religi dan upacara keagamaan dalam isi kebudayaan atau tegasnya agama adalah bagian dari kebudayaan. Dalam hal ini, dapat pula dikatakan bahwa agama adalah buatan manusia dan bukan ciptaan Tuhan. Sejalan dengan hal ini, Sujarwa (2004) menjelaskan bahwa sistem relegi dan upacara keagamaan lebih banyak ditentukan oleh emosi keagamaan. Selanjutnya komponen-komponen sistem relegi menurut Sujarwa dapat dibagankan sebagai berikut.
1) Emosi keagamaan menyebabkan manusia menjadi makhluk religius.
2) Sistem upacara keagamaan – tujuan (kekuasaan supernatural).
3) Sistem keagamaan – tujuannya hubungan manusia dengan Tuhan (kekuatan supernatural).
4) Kelompok keagamaan – kelompok sosial yang menganut sistem kepercayaan dan melakukan upacara keagamaan.
Di samping emosi keagamaan, ia juga mengatakan bahwa yang juga menjadi unsur-unsur penting dalam sistem relegi adalah (1) sistem keyakinan, (2) sistem upacara keagamaan, dan (3) umat yang menganut relegi itu.
Dari penjelasan ini dapat dipahami, bahwa tindakan-tindakan yang bersifat religi didorong oleh emosi keagamaan. Emosi keagamaan ini pula yang menyebabkan sesuatu benda, sesuatu tindakan, atau sesuatu gagasan mendapat suatu nilai keramat dan dianggap keramat. Artinya, benda-benda, tindakan atau gagasan-gagasan yang biasa, akan menjadi sakral atau keramat bila dihadapi oleh manusia yang dihinggapi emosi keagamaan. Artinya, agama itu muncul dari emosi keagamaan manusia sebagai penganut relegi, dan agama itu bukan wahyu dari Tuhan.
Dalam hal ini, dapat ditangkap sebuah makna bahwa agama itu semata-mata merupakan emosi (manusia) keagamaan dalam konteks kekuatan supernatural. Sehingga agama sebagai sistem relegi merupakan bagian dari kebudayaan. Oleh karena itu, agama adalah buatan manusia dan bukan ciptaan Tuhan.
Jadi, dalam perspektif kebudayaan agama adalah bagian dari kebudayaan. Artinya, agama adalah buatan manusia dan bukan ciptaan atau wahyu Tuhan. Simpulan ini dibenarkan oleh banyak teolog dan filsuf yang mengatakan bahwa “Dengan apa engkau memandang ada itu maka seperti itulah tampaknya ada itu”.
Salah satu makna yang dapat dipetik dari ungkapan ini adalah bahwa untuk menangkap (bentuk, fungsi, dan makna) ada sebagaimana ada - nya ada, pandanglah ada dengan sebagaimana ada – nya ada itu. Jadi, untuk memperoleh makna agama sebagaimana agama maka cara terbaik adalah dengan memandang agama dalam perspektif agama, yaitu sebagaimana ada - nya (agama) itu.
Dalam dimensi dan perspektif berbeda dan atau berlainan, agama adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah agama, atau patut diingat bahwa agama adalah agama dan kebudayaan adalah kebudayaan.
Demikian bahasan ini dalam segala keterbatasannya telah mencoba untuk mencari dan menguraikan jawaban atas pertanyaan seperti yang disajikan pada bagian awal tulisan ini.


SOAL LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan dan bagaimana hubunganya dengan agama hindu?
2. Sangat erat pelaksanaan agama hindu dengan kebudayaan yang ada di daerah, dengan adanya hal itu apakah agama Hindu merupakan agama Budaya?
3. Carilah ontoh pelaksanaan budaya yang bersifat sacral di daerah setempat!
4. Apakah semua budaya atau pola kehidupan manusia bisa dikatakan sebagai udaya sacral?
5. Jelaskan argument anda dalam konsep peran ajaran agama Hindu dalam pembentukan Budaya national.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar